Gerakan 5R untuk Bumi Sehat tanpa Sampah Plastik
“The
planet is struggling to support its population because people are
consuming resources faster than the earth can provide them and are
damaging the earth more quickly than it can regenerate itself”
– Jeffrey, Barclay & Grosvenor
Bumilah tempat kita berpijak, tempat kita membangun rumah untuk
berlindung, tempat kita mencari nafkah untuk bertahan hidup, tempat kita
menanam, mengambil air, dan sekaligus tempat kita membuang sampah. Bumi
selalu menyediakan apa yang kita butuhkan, sekaligus bersedia menampung
apapun yang kita buang. Bumi tempat kita dilahirkan, dan tempat jasad
kita nanti akan disemayamkan. Buat saya, bumi itu ibarat ibu bagi setiap
manusia. Dan kita, sebagai manusia, bagaikan anak durhaka yang terus
mengambil keuntungan dari bumi, tanpa merawat dan membalas segala
kebaikannya.
Betapa tidak, setiap detik bumi dieksploitasi, diambil segala apa
yang ada di dalamnya untuk sebesar-besar keuntungan manusia. Di sisi
lain, emisi gas terbuang ke bumi juga setiap detik. Limbah mencemari
tanah dan perairan, membunuh tanaman dan hewan-hewan. Triliunan sampah
dibuang ke bumi setiap hari, sebagian besar adalah sampah anorganik yang
tidak mudah terurai. Salah satu penyumbang jumlah sampah anorganik
terbesar di bumi ini adalah plastik. Data menunjukkan bahwa masyarakat
dunia menggunakan sekitar 500 juta hingga satu miliar kantong plastik
per hari atau hampir mencapai satu juta plastik per menit. Rata-rata
setiap orang di dunia menggunakan 170 kantong kresek per hari, berarti
setiap satu menit 2 juta kantong kresek dibuang (seperti dikutip dari
artikel
Besok, 1 Hari Tanpa Kantong Kresek di Babakan Siliwangi).
Saya yakin, masing-masing kita hampir setiap hari menggunakan kantong
plastik. Kalau saja setiap orang di Indonesia menggunakan 1 kantong
plastik per hari, maka setiap harinya ada sekitar 250juta plastik yang
mungkin akan memenuhi tempat sampah. Dalam seminggu akan ada sekitar
1.750juta plastik kita gunakan, atau sekitar 7.5miliar per bulan. Jika
hanya satu persen saja dari penggunaan kantong plastik itu yang dibuang,
berarti akan ada sekitar 75juta kantong plastik yang mengotori bumi
setiap bulannya. Itu jika kita hanya menggunakan 1 kantong plastik saja
per hari, dan hanya satu persen yang dibuang.
FAKTANYA….dalam sehari seringkali kita menggunakan lebih dari satu
kantong plastik (entah untuk membungkus es teh, nasi bungkus, belanjaan
dari supermarket, dll), dan tidak banyak orang yang mau menyimpan
plastik yang telah ia gunakan. Dan faktanya lagi, produk plastik yang
kita gunakan tidak hanya sekedar kantong plastik, tapi juga
barang-barang lain seperti botol kemasan air minum, alat makan,
stationary, mainan, aksesoris, dll. Nah, mari kita sama-sama hitung,
berapa kira-kira jumlah plastik yang kita gunakan setiap hari, dan
berapa yang kita ‘sumbangkan’ ke bumi?
Kita ini sudah terlanjur kecanduan plastik sekarang. Konsumsi plastik
bahkan saya pikir sudah jadi semacam budaya. Membungkus belanjaan
dengan plastik jadi hal wajar bagi kita. Bahkan kalau di supermarket ada
yang menolak diberi plastik oleh petugas kasir, lantas mengeluarkan tas
yang ia bawa sendiri, seolah jadi sesuatu hal yang ‘lain’. Suatu hari
saya pernah belanja di sebuah department store yang cukup terkenal di
Indonesia, dan saat di kasir saya menolak diberi plastik… Eh, petugas
kasirnya keukeh sambil bilang, ” Maaf mbak, ini peraturan di sini.”
Lah…saya cuma bisa garuk-garuk kepala. Lain waktu saya belanja di
department store yang sama, namun di tempat berbeda, saat di kasir saya
menolak barang saya dibungkus plastik. Petugas kasir sih tak
protes…namun selesai saya bayar, barang yang saya beli diberikan ke saya
ditambah bonus plastik kresek yang masih terlipat rapi. Aduh mak…saya
cuma bisa melongo, rasa-rasanya pengin jedotin kepala ke meja kasir
saking gemesnya.
Boleh lah kalau mau promosi nama toko atau merek produk di kantong
kresek. Tapi mbok ya nggak usah maksa pembeli bawa pulang kreseknya itu.
Dan lebih bagus emang promosinya jangan pake kantong kresek, kantong
kertas atau kain kan bisa juga digunakan sebagai media promosi. Ya
memang sih kantong kertas atau kain memang tidak ‘seawet’ plastik. Tapi
kok ya pelit amat sih memanfaatkan keawetan plastik yang nggak bakal
terurai sampai seribu tahun itu hanya demi keuntungan perusahaan. Saya
kok kepikiran aja rasanya ngelu…T.T
Anyway, merubah budaya plastik ini memang akan butuh proses lama.
Kalau tidak dimulai dari sekarang, dan dari diri kita sendiri, kondisi
bumi akan semakin rusak. Saat ini saja, sampah plastik yang ada di bumi
ini kalau disatukan kira-kira luasnya sama dengan luas permukaan bumi.
Waduh…kok agak ngeri ya ngebayanginnya. Terutama ngebayangin efek-efek
negatifnya bagi kehidupan kita ke depan. Sekarang sih mungkin belum
terasa… Atau justru karena sudah terbiasa?
Banjir, misalnya, salah satu sebabnya karena banyak sampah plastik
nyangkut di saluran-saluran air kan? Jangan-jangan nggak banyak yang
paham kalau sampah plastik bisa jadi pemicu banjir. Karena kalau
masyarakat paham, saya yakin orang-orang akan mengurangi konsumsi
plastik, dan tidak membuangnya sembarangan.
Ah, yasudahlah… Mengomentari perilaku orang lain toh tidak ada
manfaatnya sama sekali buat bumi ini. Lebih baik saya berbuat sesuatu
yang bermanfaat, sapa tau ada yang terinspirasi kemudian berbuat hal
yang sama. Mengurangi penggunaan kantong plastik, misalnya, atau istilah
kerennya
Reduce. Seperti yang sudah saya contohkan di
atas, saya lebih senang membawa tas kain sendiri dari rumah ketika
berbelanja (ya meskipun sesekali saya masih lupa dan akhirnya pasrah
juga memakai kantong plastik dari tempat saya belanja :D). Kalau
belanjaan saya sedikit, biasanya saya menolak diberi plastik, kan bisa
ditenteng atau dimasukkan di tas yang saya pakai.
;)
Selain mengurangi penggunaan kantong plastik, ada satu hal penting
juga yang jadi perhatian saya: belilah produk-produk yang berkualitas,
khususnya produk berbahan plastik. Lah, apa hubungannya? Ada dong.
Produk berkualitas kan lebih awet, jadi kita akan cenderung tidak cepat
membeli produk baru, sehingga mengurangi sampah. Produk-produk plastik
seperti lunch box, botol minum, alat makan, tempat aksesoris memang
lebih baik dipilih yang berkualitas. Iya sih memang lebih mahal, karena
barang-barang berkualitas biasanya juga bermerek, tapi kan price comes
with quality. Disamping kita dapet pride karna bermerek, barang awet
karena berkualitas, kita juga ikut mengurangi produksi sampah dunia.
Yeyy…
Selain mengurangi (
Reduce), kita juga mesti terbiasa untuk memperbaiki (
Repair)
barang-barang kita yang rusak. Lagi-lagi alasannya sama, untuk
mengurangi sampah. Bayangkan kalau barang kita ada yang rusak langsung
dibuang. Bisa jadi kan kerusakannya masih bisa diperbaiki. Memang sih
kalau nggak pilih-pilih barang yang diperbaiki kita malah bisa dicap
pelit. Ya jangan keterlaluan juga, misalnya tas bolong tetep dipake,
sepatu udah mangap2 solnya tetep dipake, baju udah rombeng juga tetep
dipake…ya nggak gitu juga. Kalau saya sih paling rajin memanfaatkan
barang2 berbahan kain. Dari dulu saya paling sayang buang baju yang
bahan atau warnanya masih terlihat bagus. Kalau modelnya udah
ketinggalan jaman tapi masih bisa dipermak, saya pasti permak baju itu
hingga bisa dipakai lagi. Kecuali memang bajunya udah kekecilan, atau
memang sudah tak layak pakai. Sampai hari ini saya masih pakai satu baju
yang dibeli kakak saya saat saya masih SD, saya permak modelnya sampai
nggak ada yang tahu itu baju dari jaman rikiplik (kecuali akhirnya saya
cerita :p). Mungkin saya baru akan berhenti pakai jika badan saya sudah
semakin melebar…hiks. Selain untuk dipermak, baju bekas yang kainnya
masih bagus juga seringkali saya manfaatkan untuk membuat benda2
bermanfaat. Misalnya, saya pernah membuat tempat pensil dan tempat sisir
dari kardus bekas dibungkus kain perca yang motif dan warnanya masih
bagus. Selain tidak keluar biaya, mengurangi sampah, saya juga bisa
punya benda yang tidak akan sama dengan milik orang lain karena hasil
karya sendiri. Nah, kalau ini udah jelas judulnya
Recycle.
Saya juga punya kebiasaan menyimpan (
Restore)
kantong plastik yang pernah saya gunakan. Kantong-kantong itu bisa
digunakan untuk tempat sampah, atau bisa juga dipakai lagi suatu saat
nanti. Jadi meski sering menolak diberi kantong plastik saat belanja,
saya tetap punya simpanan kantong plastik jika suatu saat memang
benar-benar butuh. Ini kata orang namanya
Reuse.
Kebiasaan saya yang kalo dirangkum ada 5R itu (
Reduce, Repair, Recycle, Restore dan
Reuse)
mungkin tidak akan berarti banyak jika saya lakukan sendiri. Tapi jika
semakin banyak yang melakukan kebiasaan yang sama, barangkali manfaatnya
akan terasa suatu saat nanti. Prinsip 5R ini memang bukan konsep baru.
Sayangnya banyak yang masih mengartikan si 5R ini dengan pemahaman yang
terlalu rumit. Padahal seperti yang sudah saya uraikan di atas, prinsip
5R ini bisa kok kita lakukan dalam kebiasaan kita sehari-hari (ya kalau
mau maksudnya :D). Kalau kita mau memulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil
seperti ini, namun terus konsisten, saya yakin bumi akan membaik suatu
saat nanti.
I always believe that small steps, consistently taken, will make a difference!! So… Being (and doing) difference, why not? ;)